JK250811

Selasa, 30 November 2010

DBD Bukan Lagi Sekadar Wacana


DBD Bukan Lagi Sekadar Wacana

Oleh : Johanes Krisnomo

Seolah satu paket, seperti tahun-tahun sebelumnya, musim penghujan selalu disertai dengan musim penyakit demam berdarah dengue (DBD). Penyakit berbahaya dan mematikan ini, disebabkan oleh virus, yang ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti.

Pencegahan DBD melalui program 3M plus atau menguras, menutup, dan mengubur, plus kegiatan pendukung, meskipun telah diketahui dan dimengerti, namun dalam pelaksanaannya masih jauh dari harapan, sehingga wabah DBD terus berulang dan berulang lagi.

Penyebab utama adalah tindakan pencegahan DBD biasanya dilakukan lebih aktip, setelah banyak korban berjatuhan. Kesadaran bersama perlu dibangun jadi tindakan nyata, termasuk penerapan 3M plus yang meliputi penataan lingkungan rumah dan sekitarnya.

Menyimak pernyataan Dr. Alma Luchyati, Kepala Dinas Kesehatan Jabar, pada acara penutupan Konferensi Nasional Promosi Kesehatan V Departemen Kesehatan RI, beberapa waktu lalu, mengenai himbauan agar status siaga DBD diberlakukan untuk semua rumah sakit dan puskesmas di Jabar, perlu disikapi dan ditindaklanjuti. Pasalnya, puncak DBD diprediksi akan terjadi pada bulan-bulan Desember dan Januari.

Bahkan untuk tahun 2009 ini, kasus DBD di Kab. Bandung mengalami kenaikan sekitar 10% dari tahun sebelumnya (Endang Sulaeman, S.Sos., M.Si., P2BB, "GM" 23 November 2009). Menjelang tutup tahun 2009, terjadinya banjir di beberapa daerah di Kab. Bandung, akibat curah hujan yang semakin meningkat, perlu diwaspadai, mengingat bahwa genangan air pascabanjir, sangat berpotensi terjadinya wabah penyakit DBD.

Telah diketahui bahwa pola hidup nyamuk aedes aegypti, tergolong disiplin dan senang kebersihan. Menggigit manusia pada waktu tertentu, pagi hari setelah matahari terbit (pukul 08.00-12.00) dan dan sore hari sebelum matahari terbenam (15.00-17.00), mampu terbang sejauh 50 - 100 meter, dan berkembang biak ditempat penampungan air bersih, seperti bak mandi, barang-barang bekas yang tidak terpakai dan terisi air. Penularan virus DBD dilakukan oleh nyamuk betina, yang menggigit dan mengisap darah serta memilih darah manusia untuk mematangkan telurnya, sedangkan nyamuk jantan hidup dari sari bunga tumbuh-tumbuhan. Selain itu, nyamuk DBD suka hinggap di tempat-tempat yang lembab dengan penerangan yang kurang.

Menurut data dari Direktorat Pemberantasan Penyakit Menular Departemen Kesehatan, keberhasilan pencegahan penyakit DBD sangat bergantung pada pengendalian nyamuk aedes aegypti.

Bila ditelaah lebih lanjut, pencegahan nyamuk DBD seharusnya dapat dilakukan dengan mudah, bila setiap rumah tangga telah menerapkan pola hidup bersih dan sehat. Dimulai dari kerja bakti di tiap keluarga, memilah barang-barang yang tidak terpakai, pisahkan dan segera dibuang/dikubur.

Berikutnya, barang-barang yang tersisa, diatur dan dirapikan agar mudah dalam pemanfaatannya dan mudah dibersihkan. Barang-barang yang dibiarkan cukup lama tersimpan diluar dan jarang digunakan, misalkan baju-baju bekas pakai yang digantung berhari-hari, merupakan tempat persinggahan yang nyaman bagi nyamuk, sebelum menyerang manusia. Sesuai prinsip 3M-Plus, segala daya dan upaya pada intinya harus dikondisikan agar nyamuk tidak punya tempat singgah dan jangan memberi peluang adanya genangan air yang dapat digunakan sebagai sarana hidup jentik-jentik nyamuk.

Tidak cukup hanya bersih dan rapi, tapi juga asri. Kehadiran tanaman, dalam hal ini tanaman pengusir nyamuk, dapat dikatakan sebagai penyempurna dari tindakan pencegahan terhadap nyamuk DBD. Lingkungan rumah menjadi lebih asri, nyaman, dan sehat, berkat tanaman pengusir nyamuk yang mampu menghalau nyamuk, dengan bau nya yang khas dan tidak disukai nyamuk. Salah satu contoh tanaman pengusir nyamuk yang banyak disebut adalah zodia, berdaun pipih panjang berwarna hijau kekuningan dan beraroma tajam. Selain itu, beberapa tanaman pengusir nyamuk lainnya, seperti geranium dan lavender, selain baunya harum, warnanya hijau dengan kombinasi warna menarik, dengan tampilan dalam pot, tampak indah sebagai penghias ruangan.

Pada akhirnya, segala apa yang kita tahu, bila hanya wacana, tidak ada gunanya. Sementara di depan mata, wabah penyakit DBD seolah siap menerkam siapa saja! Ciptakan lingkungan bersih dan sehat, dimulai dari rumah. 

Penulis, alumnus Kimia ITB, pemerhati lingkungan hidup, teknologi pangan, kesehatan, kimia pangan, dan praktisi di industri pangan

 Catatan : Artikel telah dipublikasikan di Galamedia, 15 Januari 2010

1 komentar:

  1. Hallo,
    Meskipun artikel dibuat awal tahun 2010,
    tetapi potensi bahaya di akhir tahun ini masih mengancam kita sekalian.
    Ada komentar ?
    Trimakasih,
    J.Krisnomo

    BalasHapus