JK250811

Senin, 01 Juli 2013

Teh Hijau dan Perokok



Teh Hijau dan Perokok

Oleh : Johanes Krisnomo 

PARA ahli kimia, pangan, dan kesehatan menyebutkan bahwa radikal bebas selain bersumber dari kebiasaan merokok, dapat pula berasal dari polusi udara, radiasi sinar ultraviolet, stres, dan beberapa makanan olahan. Dampak negatif radikal bebas akibat rokok, berdasarkan hasil-hasil penelitian, dapat dikurangi dengan zat antioksidan yang terkandung di dalam Teh Hijau.
 

Asap rokok merupakan salah satu sumber radikal bebas, mengandung lebih dari 4.000 zat kimia dan lebih dari 250 zat toksik atau karsinogenik. Karsinogenik adalah bahan zat yang dapat mendorong/menyebabkan kanker (Data National Toxicology Program tahun 2005). Radikal bebas dari asap rokok (nikotin, tar dan karbon) maupun yang terbentuk selama proses metabolisme tubuh, akan bereaksi merusak jaringan-jaringan sel.
 

Radikal bebas dapat dijelaskan ­sebagai molekul-molekul yang sangat reaktif dan dapat merusak sel-sel tubuh. Terbentuknya radikal bebas akan mengakibatkan reaksi berantai, dan menghasilkan radikal bebas baru yang jumlahnya akan terus bertambah. 


Akibat buruk merokok, seperti ter­tera pada kemasannya, dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, ­impotensi, gangguan kehamilan dan janin. Penelitian menunjukkan, nikotin yang dihisap akan berinteraksi dengan reseptor-reseptor tertentu di otak yang menstimulasi pelepasan dopamin. Rasa nyaman, hilang lelah, ketegangan dan stress akibat dopamin akan segera surut, dan perokok kembali ketagihan asupan nikotin rokok.
 

Dijelaskan Dr Suprapto Ma'at, farmakolog dari Universitas Airlangga, bahwa tubuh tetap harus terlindungi dari ancaman radikal bebas, dan asupan antioksidan dari luar tubuh menjadi pen­ting. Antioksidan alami asal tumbuhan seperti teh menjadi pilihan karena mudah didapat dan tersedia cukup. "Tiap tanaman memiliki jenis antioksidan yang berbeda-beda," kata Prof Sumali Wiryowidagdo, farmakolog dari Universitas Indonesia.


Teh sebagai tumbuhan alam, seperti dikatakan Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, Guru Besar Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor, mengandung beberapa komponen penting, salah satunya adalah polifenol yang memiliki khasiat sebagai antioksidan atau antiradikal bebas yang kekuatannya dikatakan lebih tinggi daripada vitamin C dan vitamin E. Aktivitas polifenol sebagai antioksidan dapat mencegah atau menetralkan radikal bebas yang menyerang sel-sel tubuh. Bahkan Data terbaru yang diterbitkan oleh Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA), Januari 2007, menjelaskan bahwa polifenol teh secara spektakuler telah mengungguli polifenol yang terdapat pada kelompok sayuran dan buah-buahan dalam kapasitas kekuatan sebagai antioksidan. 


Berdasarkan pengolahannya, ada tiga jenis teh yang umum dikenal. Pertama, teh hitam yang dibuat melalui proses fermentasi. Kedua, teh hijau yang sama sekali bebas proses fermentasi, dan ketiga, teh oolong yang dibuat melalui proses semi fermentasi. Konsekuensi logis dari perbedaan proses, menyebabkan terjadinya perbedaan jenis teh yang dihasilkan, baik secara fisik/kenampakan maupun kimia. Secara kimia, perbedaan yang paling menonjol adalah kandungan komposisi senyawa polifenol, dan senyawa lain dari tiap jenis teh yang memberikan warna seduhan dan cita rasa serta khasiat yang spesifik (Dadan Rohdiana, periset di Pusat Penelitian Teh dan Kina - Gambung).
 


Semakin panjang proses pengolahan teh, semakin rendah kadar polifenolnya. Kadar tertinggi ada pada teh hijau, sedangkan teh hitam dan oolong yang diolah dengan cara fermentasi paling sedikit kadar polifenolnya meskipun tetap berkhasiat.
 

"Teh hijau, yang kaya antioksidan, bisa membantu dalam memulihkan ketidakseimbangan oksidan-antioksidan di antara mereka yang sudah berhenti dari penggunaan rokok, asalkan mereka mengonsumsinya dalam waktu yang cukup lama untuk menutupi dampak kebiasaan merokok," ujar Thomas Varughese, kepala bedah onkologi dan bedah rekonstruksi di Lakeshore Hospital and Research Centre, Kochi, India.
I-Hsin Lin, seorang murid pascasarjana di Chung Shan Medical University di Taiwan menyatakan bahwa antioksidan yang ada di dalam teh hijau bisa menghambat pertumbuhan tumor/kanker. Studi penelitian ini dipresentasikan di American Association of Cancer Research pada pertemuan International Association for the Study of Lung Cancer, Coronado, California, Januari 2010.


Bagi perokok yang ingin mengurangi kebiasaannya, tidak perlu khawatir yang berlebihan. Phinse Philip, seorang dosen di Community Oncology Division of the Malabar Cancer Centre, mengatakan bahwa asupan oral asam amino L-Theanine dari teh hijau memiliki efek anti-stres dan bertindak sebagai agen relaksasi. Penelitian yang dilakukan di China ini menunjukkan bahwa teh hijau bisa menjadi alternatif untuk keluar dari ketergantungan rokok.

 

Yuk, biasakan minum teh hijau ! Kurangi atau stop konsumsi rokok, lakukan pola hidup bersih dan sehat. Manfaatkan hebatnya multi-khasiat teh hijau untuk kesehatan yang optimal, kini dan masa depan. 

(Penulis, Fotografer, Pemerhati Lingkung­an Hidup, Teknologi Pangan, Kesehatan, Kimia Pangan, Alumnus Kimia ITB dan Praktisi di Industri Pangan.)

Artikel Telah Tayang di Galamedia, 13 Juni 2013.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar